Selasa, 15 Juni 2010

epidemiologi malaria

EPIDEMIOLOGI MALARIA

Epidemiologi malaria merupakan pengetahuan yang menyangkut studi tentang kejadian (insidensi, prevalensi, kematian) karena malaria, penyebaran atau penularannya pada penduduk yang tinggal di suatu wilayah pada periode waktu tertentu, beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tujuan studi epidemiologi malaria adalah untuk menggunakannya sebagai dasar rasional dalam pemberantasan, pengendalian, penularan dan pencegahannya (Mardihusodo, 2007). Dalam epidemiologi malaria secara garis besar menyangkut 3 hal utama yang saling berkaitan yaitu inang (host): manusia sebagai inang antara dan nyamuk vektor sebagai inang definitif parasit malaria, penyebab penyakit (agent): Plasmodium, dan lingkungan (environment).

  1. MEKANISME EPIDEMIOLOGI

Malaria merupakan penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya yang disebabkan oleh parasit malaria/protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk ke dalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk malaria Anopheles betina (Harijanto, 2000).

Menurut Harijanto (2000), keterbatasan pengetahuan tentang epidemiologi malaria yang terdiri dari biologi parasit, vektor, ekologi manusia dan lingkungan menjadi hambatan dalam menanggulangi malaria.

  1. Faktor Parasit

Agar dapat hidup terus sebagai spesies, parasit malaria harus ada dalam tubuh manusia untuk waktu yang cukup lama dan menghasilkan gametosit jantan dan betina pada saat yang sesuai untuk penularan. Parasit juga harus menyesuaikan diri dengan sifat-sifat spesies nyamuk Anopheles yang antrofilik agar sporogoni dimungkinkan dan menghasilkan sporozoit yang infektif (Harijanto, 2000).

Malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk betina Anopheles. Dari 400 spesies Anopheles di dunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di setiap daerah dimana terjadi transmisi malaria biasanya hanya ada 1 atau paling banyak 3 spesies Anopheles yang menjadi vektor penting. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi vektor malaria.

Nyamuk Anopheles terutama hidup di daerah tropik dan subtropik, namun bisa juga hidup di daerah beriklim sedang dan bahkan di daerah Antarika. Anopheles jarang ditemukan pada ketinggian 2000 – 2500 m, sebagian Anopheles ditemukan di dataran rendah.

Efektifitas vektor untuk menularkan malaria ditentukan hal-hal sebagai berikut:

a) Kepadatan vektor dekat pemukiman manusia.

b) Kesukaan menghisap darah manusia atau antropofilia.

c) Frekuensi menghisap darah (ini tergantung dari suhu).

d) Lamanya sporogoni (berkebangnya parasit dalam nyamuk sehingga menjadi efektif).

e) Lamanya hidup nyamuk harus cukup untuk sporogoni dan kemudian menginfeksi jumlah yang berbeda-beda menurut spesies (Molineaux,1988).

Nyamuk Anopheles betina menggigit antara waktu senja dan subuh, dengan jumlah yang berbeda-beda menurut spesiesnya. Kebiasaan makan dan istrahat nyamuk Anopheles dapat dikelompokkan menjadi:

a) Endofilik : suka tinggal dalam rumah/bangunan.

b) Eksofilik : suka tinggal diluar rumah.

c) Endofagi : menggigit dalam rumah/bangunan.

d) Eksofagi : menggigit diluar rumah/bangunan.

e) Antroprofili : suka menggigit manusia.

f) Zoofili : suka menggigit binatang.

Jarak terbang nyamuk Anopheles adalah terbatas, biasanya tidak lebih dari 2-3 km dari tempat perkembangbiakan. Bila ada angin yang kuat nyamuk Anopheles bisa terbawa sampai 30 km. Nyamuk Anopheles dapat terbawa pesawat terbang atau kapal laut dan menyebarkan malaria ke daerah yang non endemik (Harijanto, 2000).

  1. Faktor Manusia

Kekurangan enzym Glukose 6 phospate dehydrogenase (G6PD) ternyata dapat memberi perlindungan terhadap infeksi P.falciparum yang berat. Keuntungan dari kurangnya enzym ini ternyata merugikan dari segi pengobatan penderita dengan obat-obatan golongan sulfonamide dan primakuin dimana dapat terjadi hemolisa darah.

Kekebalan/imunitas terhadap penyakit malaria adalah adanya kemampuan tubuh manusia untuk menghancurkan Plasmodium yang masuk atau membatasi perkembangbiakannya. Kekebalan ada dua macam yaitu kekebalan alamiah (natural immunity) yaitu kekebalan yang timbul tanpa memerlukan infeksi terlebih dahulu dan kekebalan yang didapat (acquired immunity) yang juga terbagi menjadi dua jenis yaitu:

  1. Kekebalan aktif (active immunity) merupakan penguatan dari mekanisme tubuh sebagai akibat dari infeksi sebelumnya atau akibat dari vaksinasi.

  2. Kekebalan pasif (passive immunity) yaitu kekebalan yang didapat dari pemindahan antibodi atau zat-zat yang berfungsi aktif dari ibu kepada janinnya atau melalui pemberian serum dari seseorang yang kebal penyakit. (Depkes, 1999a)



  1. Faktor Lingkungan

  1. Lingkungan fisik, terdiri dari suhu, kelembaban, hujan, ketinggian, angin, sinar matahari, arus air dan kadar garam.

Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang optimun berkisar antara 20 dan 30ÂșC. Makin tinggi suhu makin pendek masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik.

Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk, pada kelembaban lebih tinggi menyebabkan aktifitas nyamuk menjadi lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.

Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia. Disamping arah angin sinar matahari juga mempengaruhi pertumbuhan larva nyamuk serta arus air yang deras lebih disukai oleh nyamuk An.minimus, air tergenang disukai nyamuk An.letifer, air yang statis (mengalir lambat) disukai nyamuk An.barbirostris.

  1. Lingkungan biologik, tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva karena dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan mahluk hidup lainnya, serta adanya tambak ikan juga akan mempengaruhi populasi nyamuk.



  1. Lingkungan sosial-budaya, kebiasaan beraktifitas manusia untuk berada di luar rumah sampai tengah malam akan memudahkan nyamuk untuk menggigit, perilaku masyarakat terhadap malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria antara lain dengan menyehatan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah dan menggunakan obat nyamuk.



  1. Silkus Hidup Nyamuk Anopheles

Secara parasitologis, dalam daur hidup Plasmodium, manusia diketahui sebagai inang antara karena Plasmodium, parasit malaria dalam tubuh manusia masih dalam stadium aseksual, maksimal sebagai mikrogametosit (jantan muda) dan makrogametosit (betina muda) yang belum mampu melakukan singami.

Plasmodium, parasit malaria, pada manusia di Indonesia adalah: P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan P. ovale. Parasit malaria dalam tubuh manusia berhabitat utama dalam sel darah merah (eritrosit) yang memakan hemoglobin.(WHO, 2007b)

Vektor malaria adalah Nyamuk Anopheles betina, yang merupakan inang definitif. Dalam lambung nyamuk mikrogametosit dan makrogametosit Plasmodium, masing-masing telah menjadi mikrogamet dan makrogamet yang kemudian kawin (singami) zigot ookinet oosista (proses sprogoni) dalam dinding lambung nyamuk pecah keluar puluhan ribu – ratusan ribu sporozoit yang akan menuju kelenjar liur nyamuk inangnya.(Mardihusodo,2007)

Menurut Bruce-Chwatt (1985) bahwa perkembangan nyamuk Anopheles mengalami metamorphosis sempurna, yaitu dari telur → larva → pupa hidup di dalam air, sedangkan stadium dewasa hidup di udara.

  1. Tempat Perkembangan Vektor Malaria

Menurut Depkes (2006b), tempat perkembangbiakan vektor malaria dibagi menjadi dua tipe yaitu :

  1. Tipe Permanen, yang terdiri dari:



  1. Rawa-rawa

  2. Sawah non teknis dengan aliran air gunung

  3. Mata air

  4. Kolam

  5. Muara sungai tertutup pasir di pantai

  6. Genangan air payau di pantai

  7. Kobakan air di dasar sungai waktu musim kemarau

  8. Genangan air hujan

  9. Sawah tadah hujan

  1. Tipe Temporer, yang terdiri dari:



    1. Bendungan

    2. Saluran irigasi

    3. Selokan

    4. Kaleng bekas



  1. MEKANISME PENULARAN

Manusia tertulari malaria jika kemasukan sporozoit Plasmodium (P. falciparum, P. vivax, P. malariae, atau P. ovale) lewat gigitan nyamuk Anopheles betina yang infeksius.

Penularan malaria ke manusia bisa bermacam-macam:

1) Alami secara inokulatif, sporozoit masuk tubuh manusia lewat gigitan nyamuk vektor.

2) Aksidental lewat transfusi darah, atau jarum suntik yang terkontaminasi darah berparasit malaria yang hidup trofozoit langsung ke darah.

3) Secara sengaja dengan suntikan intravena atau transfusi untuk tujuan terapi layuh saraf (paresis).

  1. PEMBERANTASAN MALARIA

Pemberantasan malaria bertujuan untuk mencegah kematian akibat malaria, terutama jika terjadi KLB, menurunkan angka kematian, menurunkan angka kesakitan (insidensi dan prevalensi), meminimalkan kerugian sosial dan ekonomi akibat malaria.

Program pemberantasan malaria dilaksanakan dengan sasaran:

  1. Kasus atau penderita yang diagnostik terbukti positif gejala klinis dan parasitnya dalam darah diberi pengobatan dan perawatan menurut SOP atau protokol bakunya di puskesmas atau rumah sakit;

  2. Penduduk daerah endemik diberikan penyuluhan kesehatan dan dibagikan kelambu berinsektisida.

  3. Nyamuk vektornya dengan pengendalian vektor cara kimia, hayati atau manajemen lingkungan, atau secara terpadu.

  4. Lingkungan dengan memodifiksi atau memanipulasi lingkungan supaya tidak cocok lagi jadi habitat vektor vektor pindah tempat atau berkurang kepadatannya secara nyata.

Pengendalian vektor malaria

Pengendalian vektor adalah salah satu cara atau strategi memutus rantai penularan malaria, mengurangi laju penularan dari vektor ke manusia, dengan mencegah dan atau mengurangi jumlah kontak nyamuk vektor-parasit-manusia.

Sebagai data dasar (data base) dan parameter keberhasilan pengendalian vektor dengan berkurangnya laju penularan malaria (malaria transmission rate), diperlukan data entomologis.

Data entomologis ini mencakup:

  1. Nama spesies nyamuk vektor → dilakukan identifikasi nyamuk stadium dewasa (imago) dan jentik.

  2. Kepadatan nyamuk:

    1. MBR ( Man biting rate)

    2. MHD ( Man hour density )

    3. Parity rate, lebih untuk mengetahui umur nyamuk vektor.

1 komentar: